RAMADAN KALI INI ; TENTANG KITA SEMUA





Mungkin bumi butuh istirahat. Mungkin manusia terlalu banyak berbuat, sehingga bumi mengadu pada Tuhan untuk memberinya sedikit liburan melepaskan penatnya atas ulah manusia. Bisa jadi Covid-19 adalah jawaban Tuhan. Juga jawaban Tuhan bagi manusia agar kita semua belajar dari wabah ini. Belajar untuk tidak menjadi tamak, serakah, sombong, dan selalu ingat kepada Tuhan.
Covid-19 menunjukkan sulapnya mengobati dunia, mulai dari udara yang bersih karena berkurangnya polusi udara akibat aktivitas manusia, perairan jadi lebih bersih akibat berkurangnya aktivitas pabrik, juga momen merdeka bagi satwa dilindungi untuk leluasa berkembang-biak. Tidak hanya berdampak bagi lingkungan, tetapi juga tanpa kita sadari Covid-19 membantu kita semua menjadi lebih dekat dengan keluarga dan lebih menghargai waktu yang kita habiskan bersama keluarga.



Bagi seorang pelajar sepertiku bisa tetap di rumah selama pandemi ini merupakan sebuah peluang emas yang aku ragu akan datang dua kali seumur hidup. Kesempatan ini benar-benar aku pergunakan untuk mengeskplor diri, mengasah bakat, dan mencari hobi baru. Yap, setelah hampir 2 bulan lamanya #stayathome akupun menemukan hobi baru, yaitu menulis blog, memasak, dan melukis. Dua hal yang benar-benar baru bagiku, berkat berdiam di rumah, aku bisa melukis dan memasak sebanyak yang aku mau, meskipun hasilnya pun tidak begitu memuaskan tapi ya lumayanlah untuk seukuran aku yang baru mempelajarinya, orang- orang di rumah menyukai masakanku loh *uhuk
Diam di rumah bukan alasan untuk bermalas-malasan di rumah. Menghabiskan waktu 24 jam penuh di rumah justru merupakan kesempatan bagi kita semua untuk banyak berkaca dan mempelajari apa yang kurang dan apa yang harus di teruskan dalam diri kita sendiri.



Selama hampir dua bulan ini, aku bertekad untuk lebih produktif dan lebih positif dari sebelumnya. Apalagi yang paling aku tunggu-tunggu telah datang. Bulan Ramadhan, tempatku bersimbah, menabung pahala, juga momen yang tepat untuk mendekatkan diriku pada Tuhan. Apalagi dengan keadaan yang sekarang ini, sangat memotivasiku untuk lebih dekat dengan-Nya. Walaupun suasananya sedikit berbeda dengan tahun lalu, namun aku masih bisa merasakan kehangatan Ramadhan bersama keluarga di rumah.



Musdalifah, ojol yang terpaksa
membawa anaknya bekerja
sumber: detik.com
Namun Ramadhan kali ini bukan hanya tentangku saja. Aku ingin berbuat untuk orang lain. Karena semua Physical Distancing ini tidak hanya membawa pengaruh positif. Tidak sepertiku yang masih beruntung bisa #stayathome menghindari kemungkinan terpapar Covid-19, banyak orang di luar sana yang terpaksa mengadu nasib  mencari nafkah untuk keluarga mereka walaupun mereka tahu, sangat besar resiko yang bisa di dapat, atau buruknya mereka bisa terpapar Covid-19. Namun dengan tekad dan niat yang mulia, mereka tetap berangkat menuju dunia luar. Mereka-mereka ini adalah pahlawan yang sesungguhnya, sebut saja seperti bapak becak, bapak ojol, bus, dan profesi lainnya yang mengharuskan mereka untuk berhadapan langsung dengan banyak orang.
Aku yang hanya seorang pelajar, yang belum mampu memberi sesuatu, ingin mencoba melakukan sesuatu untuk mereka yang telah berjuang di luar sana. Setidaknya ini adalah bentuk dukunganku kepada mereka. Sempat berpikir beberapa lama, apa yang harus kulakukan untuk mereka.



Sore itu aku bergegas, waktu sudah menunjukkan pukul 4.30, sudah waktunya aku berangkat. Di jalan waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, hampir waktunya berbuka tiba. Aku melihat tukang becak dan langsung menepi. Memberikan takjil dan menu buka puasa nasi goreng buatanku di genggaman yang sudah aku persiapkan untuknya. Bahagia sekali melihat wajahnya yang menyambutku dengan senyuman.
“ Ini pak, untuk berbuka” kataku dengan perasaan gugup
Tak kusangka bapak itu menanggapiku dengan sangat hangat juga memberikan kata-kata seperti semoga rezekiku lancar dan sebagainya. Entah kenapa hati ini rasanya tersentuh juga sedih, karena diri ini tidak bisa memberi lebih.

Diperjalanan pulang, harapanku pun bertambah, semoga diberikan banyak rejeki agar bisa lebih banyak berbagi lagi. Jangan salah, berbagi bukan hanya tentang memberi. Berbagi adalah tentang memberi dan menerima. Bukan hanya si penerima saja yang bahagia, namun aku pun ikut bahagia melihat raut wajah Bapak Becak tadi. Sungguh kebahagiaan yang tidak bisa dijabarkan. Aku bahagia melihatnya, itu saja. Semoga di luar sana semakin banyak orang yang berbuat. Jadi teringat kata-kata dari UNSD.


Dengan keadaan seperti sekarang ini, yang bisa kita lakukan hanyalah saling bahu-membahu dan tetap bersama. Semuanya bisa terkalahkan jika kita semua bersama-sama. Dengan kehangatan Ramadan, mari kita saling bahu-membahu, melihat kanan-kiri, dan membantu satu sama lain.

--



Ayah sangat suka berkebun, hari itu aku membantunya mengangkut tanah subur yang akan digunakan sebagai rumah bagi tanaman yang akan kami tanam. Aku bertanya tentang tanaman apa yang akan kita tanam ketika itu dan mengapa harus sebanyak ini. Lalu jawaban Ayah pun membuatku tertegun. Kira-kira begini jawaban ayah : “Semua ini nanti akan ditanami bibit jambu, nanti kalau udah tukul (tumbuh) bisa kamu bagikan ke temen-temenmu, nah ini dia amalan yang akan abadi selamanya, amalan jariyah namanya. Daripada memberi buah, lebih baik diberi bibit,jadi tiap kali tanaman ini berbuah, kita juga mendapat pahala selama itu. “
Mendengar jawaban ayah, dari yang tadinya malas-malasan, akupun menjadi semangat mengangkat karung yang berisi tanah itu. Entah kenapa, hanya membayangkan saja bagaimana nantinya tanaman ini akan tumbuh menjadi besar hingga berbuah dan dimakan oleh teman-temanku, bahagia kali rasanya membayangkan itu.





Dikarenakan semua tentang himbauan physical distancing ini, aku jadi jarang bahkan tidak pernah bertemu teman-temanku hampir selama dua bulan ini, mungkin dengan memberikan mereka hadiah berupa tanaman ini, mereka akan selalu teringat kepadaku, “Ahh.. ini adalah buah jambu dari tanaman yang Evi berikan kepadaku”. Meskipun hadiahku tidak begitu besar dan mahal, namun menurutku kebaikan-kebaikan kecil seperti inilah yang nantinya akan tumbuh menjadi sesuatu yang berharga dan akan selalu terkenang.




Selain tiba-tiba menjadi petani jambu dadakan, sebenarnya berkat self quarantine pandemi ini, aku juga tiba-tiba menjajal profesi lain di rumah. Penasaran? Hmm.. profesi lain itu adalah tukang pijat keliling di rumah. Iya hehe, karena di rumah aku merupakan anak paling kecil dan paling muda. Juga mungkin karena sebagian waktuku kuhabiskan di kamar, entah itu karena sedang blogging, ngerjain tugas, atau nonton drama korea dan kuakui aku hanya membantu urusan rumah tangga sekedar motong buah untuk berbuka puasa dan menyapu latar rumah.  Entah itu Mama, Papa, ataupun kakakku, mereka selalu dengan tiba-tiba masuk ke kamarku dan mengucapkan kata-kata saktinya yaitu “ Pi, pijetin dong”
Dengan lapang dada ya sebagai adik dan anak perempuan yang baik dan rajin menabung, pikirku setidaknya aku bisa menghilangkan rasa lelah mereka.


Tapi eh tapi, jangan salah guys.. Pijetanku emang yang paling enak dan paling maknyus loh di rumah, Mantep deh pokoknya. Makanya tidak heran kalau
orang rumah sering membuat permintaan jasa pemijatan mendadak hehehe.. Dengan gerakan dan teknik ala insting dan perasaan pijetanku emang tidak bisa diremehin. Seneng aja gitu bisa melihat mereka jadi terhibur karena pijetanku setidaknya bisa sedikit mengurangi rasa lelah yang mereka dirasakan. Selain itu juga motivasiku yang lain adalah supaya tidak diomelin sih karena di kamar terus hehe, tapi dari luar emang kelihatannya aku di kamar dan terlihat tidak ngapa-ngapain, namun sebenarnya aku sedang mengasah kemampuanku menulis.. ya seperti blogging ini deh.. Walaupun harus dibarengi dengan  tayangan drakor disampingku - (sebuah pernyataan pembelaan) hehe..

Semua yang terjadi saat ini pasti akan ada hikmahnya di masa depan. Mungkin kita belum merasakannya sekarang, namun kelak pasti kita akan mengetahui apa maksut dari semua hal yang terjadi belakangan hari ini. Tugas kita sebagai manusia hanyalah menerima dan berusaha menjalaninya serta melakukannya sebaik mungkin. Mari menghadapi semua ini bersama-sama dan juga tak lupa saling menebar kebaikan satu sama lain. Kebahagiaan kita adalah kebahagiaan mereka, kebahagiaan mereka pun adalah kebahagiaan kita, begitu juga kesedihan mereka adalah kesedihan kita. Dengan bersama-sama, segalanya pasti bisa dilalui. Pandemi ini memang membuat segalanya menjadi lebih sulit dari sebelumnya, dengan bergandeng tangan, tetap diam di rumah bagi yang bisa, dan mendengarkan himbauan pemerintah, aku yakin semuanya akan segera berakhir dan segalanya akan kembali normal. Bersama pasti kita bisa, semangat Indonesiaku!



--------------------




Artikel ini diikutsertakan dengan blog competition "Ceritaku Dari Rumah" yang diselenggarakan oleh Ramadan Virtual Festival dari Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan. Infografis yang dicantumkan penulis merupakan karya penulis dengan menggunakan dokumen pribadi serta gambar dari pexels.com dan detik.com.
#CeritakuDariRumahDDSulSel
#BlogCompetitionCeritakuDariRumah
















Post a Comment

2 Comments

  1. masyaAllah ide menanam jambunya boleh dicoba banget tuh mbak. kebetulan saya dirumah nanam kangkung masih untuk diri sendiri hehe makasih idenyaaa xD

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah alhamdullillah, terimakasih kembali udah mampir di blog sayaa

      Delete